Senin, 23 Agustus 2010

BHINEKA TUNGGAL IKA CUMA SLOGAN

Masyarakat saat ini telah kehilangan jati dirinya dan melupakan akar budaya. Akhirnya pluralisme yang ada pada Masyarakat Indonesia yang heterogen pun meluntur.Pluralisme menurun,masyarakat melupakan nilai-nilai budayanya bahkan saat ini Masyarakat sudah kehilangan jati dirinya sendiri.

Bhineka Tunnggal Ika ang menjadi simbol dari keberagaman Masyarakat di Indeonesia hanya sebagai"SLOGAN" semata.Bhineka Tunggal Ika belum menjadi Jiwa bagi Masyarakat dan Pemerintah Indonesia.

Disana sini masih terjadi pemaksaan kehendak dalam upaya pemenangan suatu indentitas untuk mengatur ruang hidup bersama yang plural,salah satu contoh adalah disahkannya UUD No.44 Tahun 2010 tentang Pornografi dan ditolaknya permohonan uji materi UU oleh Mahkamah Konstitusi merupakan persoalan bahwa negara telah tunduk kepada rezim moral Agama tertentu dalam mengatur Indonesia.Sehingga saat ini hukum Agama menjadi hukum Negara dan ini adalah salah satu contoh bahwa makna dari Bhineka Tunggal Ika belum mencerminkan wajah Indonesia.

Indonesia penuh dengan warna yang Indah yang gambarkan dalam Bhineka Tunggal Ika, Indonesia adalah Negara yang memiliki kebudayaan yang duanya dan paling beragam didunia yang dipertegas dalam Bhineka Tunggal Ika.

Bhineka Tunggal Ika harus tetap dipertahankan oleh Masyarakat dan Negara Indonesia dan harus diwujdkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Konstitusi yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Negara-MU adalah Negara-KU juga,Bangsa-MU adalah Bangsa-KU juga yaitu Indonesia...!!!!!!!!!!!!

Minggu, 22 Agustus 2010

Delapan Objek wisata di Kab.Tanah Toraja.

Kabupaten Tan Toraja dan Kabupaten Toraja Utara cukup dikenal dengan Pariwisatanya. Khusus di Kabupatein Tanah Toraja memiliki wisata unggulan di Sulawesi selatanya harus butuh perhatian dan perlu dikembangkan,secara geografis KapatenTanah Toraja berada dipangkal semenanjung daerah Sulawesi selatan yang meniliki daerah cukup luas.

Ada delapan objek wisata DiKabupaten Tanah Toraja yang memilki ciri kas dan daya tarik masing-masing yang perlu mendapat perhatian dan perlu dikembangkan.Kedelapan Objek wisata itu adalah Pamnorama Buntu Burake(Makale),Tongkonan Tombang Datu-Bebo (Sangalla),Agro Pango-Pango,Air Terjun Sarambu Assing,Dinding Pahat Lemo,Wisata Sirope,permandian Alam Tilangga'dan perumahan dan Perkampungan Tradisional Di Sillanan,dan lan-lain.

Sebagian tempat wisata ini adalah wisata Alam dan beberapa diantaranya siudah dikenal oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

Pada dasarnya semua tempat wista di Kabupaten Tanah Toraja memiliki ciri kas dan keunikan tersendiri dan bernuansa Tradisional.mesakipun bernuansa Tradisional namun inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan.

Kehdelapan Objek Wisata ini harus mendapat perhatian khusus(serius) dan karena Kabupate8n Tanah Toraja didominasikan salah satu dari 32 daerah situs dalam daftar WORLD HERITAGE CULTURE oleh UNESCO.Pemeritah kabupaten Tanah Toraja masih melakukan survei kebeberapa daerah lain yang mempunyai Objek wisata yang perlu dikembangkan

Ob0jek wisata ini juga bila di kembangkan sebagi lokomotif bagi pembukaan peluang usaha Masyarakat sekitar seperti kerajinan tangan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi Masyarakat.

Namun sangat disayangkan kurangnya perhatian dan 6kurangnya sarana dan prasarana seperti akses jalan untuk memasuki daerah tersebut menjadi kendala yang cukup besar.

Kamis, 19 Agustus 2010

Menikmati Lingkungan Asri Tompobulu

Jumat,20 Agustus 2010..JALANAN ke Malino rusak, lingkungannya pun mulai tak perawan lagi. Kesejukannya tak lagi seperti dulu. Demikian pula ke Toraja. jalan poros yang tak kunjung mulus menjadi faktor penghambat untuk menikmati keindahan alam dan keunikan budaya Toraja.

Kini, Desa Tompobulu, Kecamatan Balocci, Pangkep, bisa jadi alternatif bagi Anda penggila wisata alam (eco wisata).
Cukup satu jam perjalanan dari jalan poros Makassar-Parepare, kawasan Desa Wisata Tompobulu bisa dicapai.
Desa Tompobulu terletak di bahu Gunung Bulusaraung, sekitar 950 meter dari permukaan laut. Terletak di dataran tinggi membuat desa ini dibalut hawa sejuk antara 20 - 30 derajat celsius.
Desa Tompobulu berjarak sekira 17 km dari Pangkajene atau 47 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
"Tompobulu siap menjadi objek wisata alternatif untuk mendukung program Visit Sulsel," tutur Sekertaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangkep Drs Ahmad MSi, belum lama ini.
Desa Tompobulu telah mengantongi rekomendasi dari lembaga Indecon Network sebagai kawasan eko wisata terbaik.
Keasrian alam dan kultur masyarakat yang eksotik menjanjikan jamuan wisata yang memukai. Dari Tompobulu pula, para pendaki bisa mendaki puncak Gunung Bulusaraung. Terdapat 10 titik pendakian.
"Tompobulu bisa menjadi surga bagi penikmat outbound. Suda ada tiga agen wisata yang menjadi Tompobulu sebagai program utama jualan mereka," jelasnya.
Desa Tompobulu dihuni lebih 1.700 jiwa. Ada banyak rumah penduduk yang bisa disewa sebagai homestay.
Bagi yang sudah bosan dengan pemandangan hutan pinus, panorama karst yang sangat unik di Desa Tompobulu sangat layak jadi alternatif.
Desa Tompobulu terintegrasi dengan kawasan karst Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang luasnya mencapai 43.750 hektare itu. Karst TN Babul merupakan karst terindah di dunia.(firmansyah)

Didukung Budaya Tanam Pohon

KEASRIAN kawasan Desa Tompobulu tak lepas dari budaya dan kebiasaan masyarakat setempat melindungi alam.
Di Desa Tompobulu terdapat aturan desa yang mengharuskan setiap ada warganya yang menikah atau memiliki hajatan untuk menanam pohon.
Selain hijaunya alam, di Tompobulu juga dapat dinikmati "atraksi" hewan langka Tarsius (Tarsius Spectrum) dan perburuan madu alam.
Tarsius mirip monyet. Tapi, tinggi, lebar, dan panjang primata ini tidak lebih besar dari kepalan tangan orang dewasa sehingga menjadikan tarsius sebagai primata paling imut di dunia.(fir)


Tribun Timur

Keselamatan dan Kesejahteraan Rakyak

Selama beberapa abab ini di Indonesia beranggapan bahwa Negara merupakan Stkehaoder tunggal yang bertanngung jawab tehadap pengeloaan sumber daya Alam dan seluk belukna.Pandangan ini dilandasi dengan keberhasilan pemerintah Hindia Belanda dalam pengeloaan hutan Jati diatas puing-puing kerusakan mhutan akibat pembalakan liar dan praktek-praktek penebagan kayu.

Karena Pandangan tersebut diatas ,maka penan masyarakat terabaikan dan hanya sebagai objek,rakyat hanya dipandang sebagai tenaga kerja yang murah yang diperlukan dalam ke giatan pengelolaan.

Hilangnya nyawa,ingatan tanah,halaman,harta benda,nafkah,kesempatan dn kehomatan rakiyat selama ini dalam penyelenggaraan pembangunan tidak tergabaikan.Jaminan dalam melinudungi hak-hak azasi manusia yang diberikan oleh negara yang menyangkut hak hidup,hak untuk bekerja dan memiliki aset termasuk tanah dan kehormatan tidak menjadi jaminan dalam pengelolaan Sumber daya alam/Pembangunan.

Rakyat selama ini hanya meneriama akibat dan dampak negatif dari pembangunan yang dilakukan oleh negara ini.Aspek inti dari keselamatan dan kesejahtraan rakyat yang seharusnya menjadi tindakan kongkrik sehari-hari terabaikan.Hak-hak kesejahteraaan seperti Pendidikan ,kesehatan dijalankan tetapi sekaligus perampasan kesejahteraan dan disisi lain melalui beberapa mekanisme seperti politik,fiskal,perampasan tanah dan tempat tinggal rakyat sebagai syarat ivestasi produksi dan pembangunan tersebut.

Pembelaan terhadap kepentingan rakyat umum dan kasus-kasus pelangggaran terhadap hak-hak rakyat akan selalu dibutuhkan dan tak tergantikan.Pemenuhan keselamatan dan kesejahteraan Rakyat merupakan syarat dan cara khsusus untuk ikut menentukan arah dan besaran perubahan yang menyangkut rakyat secara teratur dan terorganisir.

Persyaratan kemanusiaan harus ditempatkan sebagai titik pusat dalam membangun kembali relasi dalam masyarakat,semus ini harus diletakkan pada siklus yang normal dalam masyarakat.

Rabu, 18 Agustus 2010

ALAT-ALAT MUSIK TRADISIONAL TORAJA

Di samping seni tari dan seni suara serta pantun juga diperkenalkan seni musik tradisional Toraja antara lain :

PASSULING

Semua lagu-lagu hiburan duka dapat diikuti dengan suling tradisional Toraja (Suling Lembang). Passuling ini dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka (Pa'marakka) dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Passuling ini dapat juga dimainkan di luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga di pedesaan sambil menunggu padi menguning.

PA'PELLE'/PA'BARRUNG

Musik digemari oleh anak-anak gembala menjelang menguningnya padi di sawah. Alat musiknya terbuat dari batang padi dan disambung sehingga mirip terompet dengan daun enau yang besar. Pa'barrung ini merupakan musik khusus pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti Ma'bua', Merok, Mangara dan sejenisnya.

PA'POMBANG/PA'BAS

Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Dimainkan oleh banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia.

PA'KAROBBI

Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.

PA'TULALI'

Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan bunyi/suara yang lumayan untuk menjadi hiburan.

PA'GESO'GESO'

Sejenis alat musik gesek. Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si pemain pada dawai. Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan Saluputti.

posting by;Sandryones B. Palinggi

Selasa, 17 Agustus 2010

SEBAGAU DIGEROGOTI

Tertaggal 19 Oktober 2004,Pemerintah Indonesialewat Menteri Kehutanan dengan SK.423/Menhut-II/2004 Menetapkan Sebagau sebagai Taman Nasional,Hutan Taman Sebagau yang luasnya sekitar 568.700 berada di Kalilmantan Tenagah yang meliputi tiga Kabupaten,yakni Kabupaten Katingan (52%),Kabupaten Pulau Pisau(38%)dan Kota Palangkaraya(10%).Namun kondisi hutan ini sangat rusak dan memprihatinkan karena areal hutan ini bekas areal perusahaan hak pengusahaan hutan,sehinggah hutan ini dibiarkan menjadi lahan tandus dan gersang.

Sangat ironis,karena hutan Sebangau menjadi habitat populasi orang hutan terbesar didunia.Selaian itu hutan ini juga merupkan kawasan lahan gambut yang luas dan tempat hidup 106 jenis burung dan 35 jenis mamalia dan juga jenis kera hidung besar atau bekantan(Nasalis Larvatus)serta lutung dan kera-kera abu-abu dan 106 jenis burung.

Setelah persahaan ini masuk dampak yang ditimbulkan sangat laur biasa,bukan hanaya hutaan yang rusak,tapi juga akibat dari masuknya perusahaan ini masyarakat mengenal minuman keras dan pelacuran.

Memang setelah perusahaan ini masuk pendapatan masyarakat yang bbekerja disana meningkat tapi itu hanya sesaat,dampak yang paling buruk diterimah oleh warga masyarakat setelah perusahaan berhenti membabat hutan karena habis masah kontarknya adalah hutan gundul.tanah tanpa tegakan mudah larut saat hujan,Air sungai berubah warna yangn dulunya hitam berubah kecoklatan karena bertcampur lumpur akibat dari erosi.

Akibat dari berubah warnanya air ini masyarakat yang ada disekitar hutan ini sulit mencari ikan disungai,karena tidak ikan yang mau hidup diair yang bercampur lumpur itupun kalau ada maenurut masyarakat tangkapan mereka sangat sedikit bahkan masyarakat masyarakat harus jauh-jauh masuk kedalam menelusuri sungaiuntuk mencari ikan padahal ikan bagi masyrakat didaerah adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Melihat kondisi ini WWF dan Dinas kebudayaan Kalimantan Tengah terus berusaha dan tidak berhenti pada masalah Pelestarian Hutan saja.kedua Lembaga ini menjual hutan ini dengan konsep Ekowisata.Karasteristik yang ditawarkan adalah ekosistem air hitam dilahan gambut.Proses pelapukan bahan organik dilahan hutan bergambut dinilai unik dan menarik wisata..semoga cara ini bisa efektif dan membantu dalam menyelamatkan hutan dan habitat-habitat lainnya.

Dipostin dari Media Indonesia

Senin, 16 Agustus 2010

Lingkungan Harus Diperlakukan Seperti Bunda

Oleh: Aswad Syam

Makassar Senin 16 Agustus 2010...PENGELOLAAN lingkungan, juga memerlukan perubahan pola pikir. Pada sisi inilah, kehadiran seorang antropolog sangat diperlukan untuk memberikan penyadaran kepada manusia bagaimana mengelola lingkungan secara bijak. Peran inilah yang dilakukan Prof Dr Pawennari Hijjang MA, seorang antropolog dari Universitas Hasanuddin.

Ditemui di pojok kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas, Pawennari mengungkapkan gagasannya mengenai penyelamatan lingkungan dari sudut pandang antropolog.

Menurutnya, dalam dasawarsa terakhir ini, pengelolaan lingkungan yang melibatkan masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah hutan kemasyarakatan, lebih banyak diwarnai kegiatan pembangunan termasuk pembangunan kehutanan.

Dia mengungkapkan, lingkungan secara umum sebenarnya tidak terkontaminasi. Tetapi, setelah manusia mengenal teknologi dan arus globalisasi semakin merambah di berbagai kalangan, termasuk menyentuh masyarakat pecinta lingkungan, sehingga lingkungan kata Pawennari menjadi tercabik-cabik. Kenapa?

"Karena kecenderungan besar manusia mengarah ke tujuan atau kepentingan ekonomi semata, bukan untuk kemaslahatan, juga bukan untuk kepentingan kemanusiaan, serta bagaimana lingkungan itu dijaga agar memberi manfaat," ujar Pawennari.

Oleh karena itu, para antropolog mencoba melibatkan diri, dengan berbagai cara sebagai pendekatan. Yang lazim diungkapkan ahli antropologi lanjut Pawennari, bagaimana pengetahuan lokal itu bisa menjadi primadona untuk tetap menjaga lingkungan lestari. Dia mengungkapkan, manusia yang mendiami bumi ini, juga menjadi perusak lingkungan.

Ini kata Pawennari kelihatan sekali dari pengambil kebijakan yang tidak pernah mau tahu kalau dalam sebuah komunitas ada sebuah kekuatan besar yang disebut pengetahuan lokal. Oleh komunitas tertentu pengetahuan lokal ini dipraktekkan setiap hari, juga disosialisasikan setiap saat ke generasi yang akan datang, sehingga sehingga hutan tetap lestari.

"Contoh kasus, di masyarakat Ammatoa, Baduy, Suku Sasak, Amongmei di Jayapura, Komoro di Jayapura, juga masyarakat Krui. Mereka menganggap bahwa lingkungan itu bunda kita, tanah itu adalah bunda kita.

Bagaimana orang mematuhi dan taat kepada ibu, demikian pula makhluk manusia harus menempatkan tanah dan lingkungan itu. Intinya bagaimana berlaku adil terhadap lingkungan, karena ketika tidak ada kelestarian, maka hancurlah hutan itu," ujar Pawennari.

Lelaki kelahiran Soppeng ini juga mencontohkan reklamasi. Mestinya kata Pawennari, pengambil kebijakan tidak menjadikan reklamasi sebagai sebuah kebijakan pembangunan, tapi bagaimana pengambil kebijakan itu mencipta sebuah hutan dalam kota.

"Kalau hutan bisa kita ciptakan dalam kota, saya kira masyarakat tetap akan menjadikan hutan itu sebagai bunda dengan frame pengetahuan-pengetahuan tradisional dan perkotaan itu tidak semua juga tidak cinta kepada lingkungan yang lestari," papar Pawennari.

Dalam konteks kehutanan lanjut Pawennari, para antropolog juga mengembangkan konsep kelembagaan dengan ciri partisipatif. Artinya, pendekatan itu berciri kemasyarakatan yang penuh dengan muatan lokal seperti social forestry.

"Kalau kita masuk dalam kelompok tradisional, kita akan menemukan organisasi-organisasi kecil yang dalam komunitas dilakukan sebagai frame untuk pengelolaan social forestry," kata ayah dua anak ini. (*)(Fajar Makassar)

Dihutbun Hijaukan 35.000 Hektar Lahan Kritis

MAKALE --- Angka lahan kritis yang ada di Tana Toraja mencapai 35 ribu hektar. Jika tidak cepat tertangani dengan baik maka bisa mendatangkan petakan bagi masyarakat Tana Toraja. Untuk itu,Pemerintah Tana Toraja melalui Dinas kehutanan dan perkebunan (Dihutbun) hingga akhir Desember/2010 mendatang bertekad untuk mengihajukan kesekian lahan kritis tersebut dengan akan menanam 600.000 bibit kayu.

Hal tersebut diungkapkan Kadis Hutbun Tana Toraja, Ir Harris Paridi ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Sabtu 14 Agustus. Harris menuturkan, bahwa sekaitan pengadaan bibit sebanyak 600 ribu pohon itu, saat ini pemerintah pusat mengalokasi dana sebesar Rp50 juta untuk setiap kecamatan se Tana Toraja. "Kita sedang membentuk kelompok pekerja dana yang dibagikan ke setiap kecamatan se Tana Toraja tersebut. Kelompok ini nantinya akan melakukan pembibitan sesuai jenis kayu yang mereka butuhkan," sebut Harris.

Lebih lanjut, sejak awal tahun 2010 lalu pihaknya telah melakukan penanaman berbagai jenis bibit kayu, termasuk tanaman buah-buahan, seperti kayu mahoni, buangi, uru, rambutan dan mangga. "Sudah seratusan ribu bibit kayu dari berbagai jenis kita tanam di sejumlah wilayah. Kita berharap hingga akhir tahun 2010 ini target 600 ribu dapat terealisasi," tambahnya.

Menurut Harris, luas hutan di Tana Toraja mencapai 112.807 hektar yang terdiri dari hutan lindung seluas 92.632 hektar dan hutan produksi
seluas 20.175 hektar. Dari luas hutan tersebut terdapat 35 ribu hektar yang merupakan lahan kritis dan membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak. "Selain kita melakukan penanaman bibit di atas lahan kritis itu, juga yang tak kalah pentingnya adalah penyuluhan kepada masyarakat. Kalau masyarakat sudah sadar aka pentingnya hutan, maka mereka akan menanam sendiri," tandas Harris.

SUMBER;Palopo pos edisi.16-8-2010

Jumat, 13 Agustus 2010

Gereja Sumbang Muhammadiyah 100 Al Quran

Sabtu, 14 Agustus 2010 | 11:18 WITA JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyumbang 100 Al Quran untuk PP Muhammadiyah. Sumbangan ini sebagai simbolisasi perjuangan melawan Hari Pembakaran Al Quran Sedunia.

"Acara ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan," kata Damien Dematra, Koordinator Gerakan Peduli Pluralisme (GPP). Damien menambahkan, aksi ini merupakan wujud kepedulian akan pluralisme antar-umat beragama di Indonesia.

Acara penyerahan Al Quran berlangsung di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta (13/8/2010). Dalam acara ini, Pendeta A Yewangoe dari PGI dan Mgr Situmorang dari KWI secara simbolis menyerahkan Al Quran kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Selanjutnya, 100 Al Quran ini akan disumbangkan untuk para narapidana Indonesia yang sedang menjalankan ibadah puasa di penjara Australia. Untuk sampai ke Australia, Muhammadiyah akan bekerja sama langsung dengan gereja-gereja di Australia.

Hari Pembakaran Al Quran Sedunia merupakan aksi yang dimotori oleh Pastor Terry Jones, pemimpin Dove World Outreach Centre di Florida, USA. Aksi pembakaran ini rencananya akan berlangsung September nanti untuk mengenang tragedi WTC 11 September.

Aksi Terry Jones ini dikecam dari asosiasi gereja dan asosiasi umat Muslim di Amerika. "Ini aksi buruk segelintir orang yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan. Jangan sampai orang Indonesia ikut terpancing aksi ini," kata Damien, yang juga mengeluarkan novel kritik terhadap Terry Jones berjudul "Kau Bakar, Aku Bakar".(*)

Dalipang Dukung UU Masyarakat Adat

Senin, 22 Maret 2010 Rantepao, Tribun - Penjabat Bupati Toraja Utara (Torut), YS Dalipang, menyatakan sangat mendukung perjuangan beberapa kalangan terkait pembentukan undang-undang (UU) yang mengatur mengenai hak-hak masyarakat adat.

Tanpa ada undang-undang khusus yang mengatur mengenai hak-hak masyarakat adat, maka lambat laun kekayaan budaya yang ada di Indonsia akan memudar dan pada akhirnya hanya tinggal sejarah.
Demikian diungkapkan Dalipang saat membuka Peringatan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara Daerah Toraya yang digelar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) Toraya, Sabtu (20/3), di Tongkonan To'barana, Kecamatan Sa'dan, Toraja Utara (Torut).
"Apa yang selama ini diperjuangkan oleh Aman terkait pembentukan undang-undang yang mengatur mengenai hak-hak masyarakat adat, harus kita dukung dan perjuangakn bersama, karena ini demi kelestarian budaya kita," kata Dalipang.
Kegiatan ini digelar untuk memperingati bersatunya seluruh komunitas adat se-Toraja yang berjumlah 32.
Hadir dalam acara itu antara lain, Den Upa' (Ketua Dewan Aman Pusat), Yusuf Biringkanae (Ketua Aman Sulsel), Lewaran Rantela'bi (Ketua Dewan Aman Toraya), CL Palimbong (Ketua Aman Toraya), unsur muspida, tokoh masyarakat, agama, dan tokoh pemuda, serta para camat.
Di awal cara, undangan disuguhi dan dihibur oleh Tari Pagellu yang dibawakan Komunitas Adat Tikala.
Dalipang menuturkan, walaupun Toraya saat ini telah menjadi dua daerah otonom, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, namun masyarakat Toraya tetap satu bingkai atau kesatuan adat yang terdiri dari 32 komunitas adat.
"Jika terdapat perbedaan dari komunitas adat, sebaiknya tidak dijadikan sebagai perpecahan tetapi harus dimaknai sebagai kekayaaan budaya," katanya. (wd)

Minta Masukan

KEPADA lembaga atau komunitas adat yang ada di Toraya, S Dalipang berharap agar senantiasa dapat bermitra dengan pemerintah untuk bersama-sama membangun daerah.
"Keberadaan komunitas adat juga sangat berperan dalam mengantisipasi penyakit sosial yang ditimbul di tengah masyarakat," katanya.
Pada akhir acara, undangan dihibur dengan To'ma Bugi' yang dibawakan oleh Komunitas Adat Kete Kesu'. (wd)

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) adalah organisasi kemasyarakatan independen yang anggotanya terdiri dari komunitas-komunitas masyarakat adat dari berbagai pelosok nusantara. AMAN merupakan wadah perjuangan bersama masyarakat adat untuk menegakkan hak-hak adat, eksistensi, dan kedaulatan dalam mengatur dirinya sendiri secara adil dan mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan.

Program Kerja AMAN
- Pengembangan Organisasi dan Jaringan Kerja AMAN dan Pranata Adat di Komunitas Masyarakat Adat
- Advokasi dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat
- Penguatan Ekonomi Masyarakat Adat
- Penguatan Perempuan Adat
- Pendidikan Generasi Muda Masyarakat Adat

Untuk penyelenggaraan sehari-hari organisasi di tingkat nasional, AMAN membentuk Sekretariat Nasional yang berkedudukan di Jakarta, berfungsi sebagai simpul informasi dan pusat komunikasi AMAN, memfasilitasi dukungan untuk pengembangan organisasi dan penyelesaian kasus atas pelanggaran hak masyarakat adat, dan mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja AMAN.

Rabu, 11 Agustus 2010

Inco Kuasai Hutan Sulsel 128 Ribu Ha

Dampak Penambangan, Suku Asli Terusir
IPMIL Protes PT Inco
IST
MAHASISWA Luwu, Sulawesi Selatan memprotes sikap PT International Nickel Indonesia (PT Inco Tbk) yang diduga telah menyingkirkan paksa dua suku yang berada dalam kawasan eksplorasi tambang nikel perusahaan itu di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.

Ketua PB Ikatan Pemuda Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) Raya, Abdi Akbar di Makassar, Selasa (27/4), menyayangkan sikap perusahaan pertambangan asing itu yang telah melakukan pengusiran paksa dua suku asli di kawasan penambangan Wasuponda.
Dia mengaku kecewa dengan sikap perusahaan itu yang tidak memberikan kesempatan kapada masyarakat sekitarnya untuk melakukan pengelolaan lahan di kedua daerah itu yang dianggap sebagai satu-satunya lahan mata pencarian masyarakat Suku Patea dan Karansidongi di Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.
"Pengusiran paksa kedua suku ini, jelas sangat merugikan masyarakat Wasuponda yang seharusnya mendapat dukungan dari Inco," keluhnya seperti dilansir Antara.
Puluhan kepala keluarga (KK) di daerah itu menurut catatan Walhi Sulsel terpaksa harus kehilangan pekerjaan, padahal daerah itu belum dieksplorasi oleh perusahaan yang telah menguasai lahan seluas 118.000 hektare di Sulsel.
Perwakilan PB IPMIL Raya ini mengaku akan membicarakan permasalahan ini di tingkat pengurus cabang, guna memperjuangkan hak-hak masyarakat adat yang sampai saat ini tidak pernah diberikan kesempatan oleh perusahaan itu untuk melakukan pengelolaan lahan mereka yang masih banyak kosong.(fir)



Tribun Timur

Selasa, 10 Agustus 2010

Berbuka Puasa di Gereja

By Nurlis Effendi

Di sini pernah terjadi sebuah keindahan menjalankan ibadah. Antar umat beragama saling menghormati. Tak hanya itu, mereka juga saling menunjukkan simpati sekaligus menolong antarumat beragama. Bahkan setiap bulan Ramadan, ratusan muslim berbuka puasa di dalam gereja. Begitulah kenyataan yang sempat terjadi di Solo, Jawa Tengah.

Gereja Kristen Jawa Manahan, Solo, sudah 13 tahun ini menggelar acara buka bersama. Ini telah berlangsung sejak krisis moneter melanda negeri sekitar tahun 1997. Niat awal didasari oleh rasa iba kepada saudara muslim yang kurang mampu. Sebagian besar yang ikut serta kegiatan itu adalah tukang becang, buruh bangunan, pedagang asongan dan lain-lain.

Tapi, buka puasa bersama ini memang tidak gratis. Hanya saja harga makanannya supermurah. Cuma dipungut biaya Rp 500 per porsi, mereka bisa menghemat pengeluaran uang konsumsi dibandingkan dengan memasak sendiri. Pihak GKJ Manahan berharap dengan bisa menghemat, ketika Lebaran mereka akan memiliki uang yang cukup untuk merayakan hari idul fitri itu.

Setiap hari, sedikitnya ada 200 – 300 orang yang ikut kegiata buka bersama di salah satu ruangan di GKJ Manahan. Setiap mendekati waktu buka puasa, halaman GKJ Manahan akan dipenuhi dengan becak dan sepeda onthel milik masyarakat yang kurang beruntung tersebut. Selain itu, dari kalangan umat Kristen juga sibuk mempersiapkan hidangan yang akan disajikan.

Menu buka puasa yang disajikan juga selalu berganti setiap harinya. Kadang, kari ayam, soto ayam maupun sop ayam. Intinya masakan yang berkuah dan menggunakan daging ayam. Pihak panita lebih memilih daging ayam daripada daging sapi. Tujuannya untuk mencegah terjadinya pencampuran daging sapi dengan daging lainnya.

Untuk memasak, pihak GKJ Manahan Solo menyerahkan kepada para ibu-ibu jemaat gereja untuk memasaknya. Pihak gereja juga meyakinkan bahwa semua masakannya halal. Bahkan, seringkali organisasi agama Islam melakukan pengecekan dalam hal memasak. Pihak GKJ Manahan sangat menghormati umat Islam sehingga mempersilahkan untuk melihat proses memasaknya jika ada kekhawatiran.

Kegiatan ini tidak ada misi atapun pesan tertentu untuk melakukan kristenisasi kepada umat Islam. Bahkan, pihak gereja juga mengundang kepada para ustad untuk memberikan kuliah tujuh menit sebelum melakukan buka puasa. Selain itu, pihak gereja juga menyiapkan tempat untuk melakukan sholat maghrib di salah satu ruangan di komplek gereja.

Namun, semua itu kini akan tinggal kenangan. Sebabnya, muncul sebuah kelompok bernama Forum Ukhuwah Islamiyah Elemen Umat Islam Surakarta yang menolak buka bersama yang digelar gereja itu. Menurut Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Solo, Dahlan Harjo Taruno, buka bersama masuk ke wilayah ibadah umat muslim.

"Musyarawarah sejumlah elemen umat Islam se- Surakarta menolaknya," kata Dahlan. "Sebagai gantinya sejumlah masjid di Surakatya akan menggelar acara buka bersama secara gratis."

Ketua Bhinneka Peduli Kemanusiaan dan Perdamaian Solo sebagai penyelenggara bersama GKJ Manahan, H Zainal Abidin Achmad, mengatakan tidak mempermasalahkan penolakan itu.

“Kami malah bersyukur. Saya pun berharap semoga buka bersama yang dilakukan forum tersebut lebih baik dari kita,” katanya. “Yang kita inginkan adalah suasana kondusif, rukun dan damai. Jadi, kita menghargai keinginan atas penolakan ini."



Foto:Fajar S.

Minggu, 08 Agustus 2010

TARI TRADISIONAL TORAJA

Lakon Ritual Aluk Todolo dalam menunaikan aturan keagamaan yang berwujud pada pemujaan terhadap Puang Matua, Deata maupun To Mambali Puang, banyak dimanifestasikan dalam bentuk seni tradisional seperti seni tari, seni suara, seni musik, seni sastra tutur, seni ukir dan seni pahat.

Kesenian yang diapresiasikan senantiasa berkaitan dengan Aluk Rambu Tuka' dan Aluk Rambu Solo'. Pada umumnya jenis-jenis kesenian yang dipentaskan secara khusus untuk masing-masing kegiatan ritual adat, baik Rambu Tuka' maupun Rambu Solo'. Namun ada juga jenis kesenian yang dipentaskan pada kedua jenis ritual. Jenis kesenian tersebut disebut Ada' Basse Bubung, yaitu kesenian yang boleh dipentaskan pada upacara kegembiraan Aluk Rampe Matallo maupun pada acara kedukaan Aluk Rampe Matampu'. Hampir semua ragam seni yang dipentaskan merupakan perpaduan beberapa ragam seni, seperti perpaduan antara seni suara dengan seni tari, seni tari dengan seni musik, atau seni suara dengan seni musik. Jenis kesenian yang telah dikembangkan dalam budaya masyarakat Tana Toraja antara lain : Tarian Ma'gellu awalnya dikembangkan di Distrik Pangalla' kurang lebih 45 km ke arah Timur dari kota Rantepao dan biasanya dipentaskan pada upacara khusus yang disebut Ma'Bua', yang berkaitan dengan upacara pentasbihan Rumah adat Toraja/Tongkonan, atau keluarga penghuni tersebut telah melaksanakan upacara Rambu Solo' yang sangat besar (Rapasaan Sapu Randanan). Saat ini tarian Ma'gellu' sering juga dipertunjukkan pada upacara kegembiraan seperti pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat. Tarian ini dilakukan oleh remaja putri dengan jumlah ganjil dan diiringi irama gendang yang ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang. Busana serta aksesoris yang digunakan adalah khusus untuk penari dengan perhiasan yang terbuat dari emas danperak seperti Keris Emas/Sarapang Bulawan, Kandaure, Sa'pi' Ulu', Tali Tarrung, Bulu Bawan, Rara', Mastura, Manikkata, Oran-oran, Lola' Pali' Gaapong, Komba Boko' dan lain-lainnya. Tarian Boneballa'/Ondo Samalele' sama seperti tarian Ma'gellu' tarian ini juga termasuk jenis tari kegembiraan yang biasanya dipentaskan dalam upacara syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, rasa syukur atas keberhasilan/ kesuksesan keluarga besar dalam menyelesaikan pembangunan kembali (rehabilitasi atau restorasi) tongkonannya. Upacara ini biasanya disebut Merok, biasa juga dikaitkan dengan selesainya suatu keluarga menyelenggarakan upacara Rambu Solo' yang besar mangrapai'/sapu randanan. Bone Balla' ditarikan oleh kaum wanita dan remaja putri yang adalah keluarga yang berasal dari tongkonan itu. Tarian ini diiringi dengan tabuhan gendang yang iramanya dikenal dengan sebutan Oni Tumburaka dan Oni Tuntunpitu. Tarian Boneballa' juga selalu diiringi dengan lirik lagu yang disebut Passengo/syair-syair pemujaan kepada Tuhan. Pakaian dari penari juga khusus dan memakai perhiasan yang sama dengan tari Ma'gellu' namun lebih dilengkapi lagi dengan hiasan : Sissin Ake', Tida-tida, Dodo Tannung Pamiring, Bayu Paruki' dan Passapu. Tari Boneballa' ditutup dengan tari massal yang diikuti dengan puluhan keluarga.

Jenis-Jenis Tarian Di Toraja

* Tarian Pa' Gellu'
* Tarian Burake
* Tarian Dau Bulan Tarian Ma'dandan
* Tarian Manimbong
* Tarian Manganda'
* Tarian Pa'Bondesan
* Tarian Memanna
* Tarian Ma'badong
* Tarian Ma'katia
* Tarian Pa'randing
* Tarian Pa'pangngan

Jumat, 06 Agustus 2010

Potensi Hutan Di Toraja

Hutan di Tana Toraja yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun sebagai hidrologi tercatat seluas 156.906 ha terdiri dari hutan lindung 138.101 ha dan hutan produksi 18,805 ha. Sektor kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.

Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu: Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata Mapongka di selatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum digunakan secara maksimal hingga saat ini.

Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam, seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.

Kamis, 05 Agustus 2010

Manfaat Tanaman Mahoni

Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau sebagai bahan untuk membuat segala bentuk furniture. Berdasarkan penelitian di laboratorium, pohon mahoni (Swietenia mahagoni), termasuk pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekitar 69 persen.

Pohon mahoni yang ditanam di hutan kota atau sepanjang sisi jalan berfungsi sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya.
Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.
Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.
Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni Jacg.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia macrophylla King). Keduanya termasuk dalam keluarga Meliaceae.
Mahoni baru berbunga setelah berumur tujuh tahun. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.
Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran. Kayunya juga sering dibuat penggaris karena tak mudah berubah. Getahnya baik untuk bahan perekat.
Di Indonesia mula-mula tumbuh secara liar di hutan-hutan, di kebun maupun di mana saja. Namun sejak 20 tahun terakhir ini sudah dibudi dayakan karena kualitas kayunya keras dan sangat baik, terutama untuk mebel dan kerajinan tangan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kayu mahoni untuk membuat dinding dan lantai.
Kayu tua berwarna merah kecokelatan. Kualitas kayu mahoni berada sedikit di bawah kayu jati, maka mahoni pun dijuluki primadona kedua setelah kayu jati.
Tinggi pohon mahoni bisa mencapai 30 meter, bahkan bisa lebih. Penyebarannya dengan biji. Setelah umurnya antara 7-8 tahun mahoni sudah mulai berbunga. Buahnya berbentuk bulat telur, kalau masih muda berwarna hijau dan setelah besar menjadi cokelat. Dalam buah yang berlekuk lima itu berisi biji mahoni yang bentuknya pipih dengan ujungnya agak tebal berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kalau buah itu sudah tua sekali, kulit buahnya akan pecah sendiri dan biji-bijinya yang pipih itu beterbangan tertiup angin ke sana kemari berjatuhan ke tanah lalu tumbuh menjadi pohon mahoni baru.MANFAAT TANAMAN MAHONI !!!

Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau sebagai bahan untuk membuat segala bentuk furniture. Berdasarkan penelitian di laboratorium, pohon mahoni (Swietenia mahagoni), termasuk pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69%. Pohon mahoni yang ditanam di hutan kota atau sepanjang jalan berfungsi sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan "mengikat" air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.

Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni Jacg.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia macrophylla King). Keduanya termasuk dalam keluarga Meliaceae.

Mahoni berdaun besar dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian bervariasi antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.600-4.000 mm per tahun dan tipe iklim A sampai D. Pada umumnya mahoni senang pada tanah yang bersolum dalam. Jenis ini juga masih bisa bertahan pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air.

Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran. Kayunya juga sering dibuat penggaris karena tak mudah berubah. Getahnya baik untuk bahan perekat.

Di Indonesia mula-mula tumbuh secara liar di hutan-hutan, di kebun maupun di mana saja. Namun sejak 20 tahun terakhir ini sudah dibudi dayakan karena kualitas kayunya keras dan sangat baik, terutama untuk mebel dan kerajinan tangan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kayu mahoni untuk membuat dinding dan lantai. Kayu tua berwarna merah kecokelatan. Kualitas kayu mahoni berada sedikit di bawah kayu jati, maka mahoni pun dijuluki primadona kedua setelah kayu jati.
Tinggi pohon mahoni bisa mencapai 30 meter, bahkan bisa lebih. Penyebarannya dengan biji. Setelah umurnya antara 7-8 tahun mahoni sudah mulai berbunga. Buahnya berbentuk bulat telur, kalau masih muda berwarna hijau dan setelah besar menjadi cokelat.
Dalam buah yang berlekuk lima itu berisi biji mahoni yang bentuknya pipih dengan ujungnya agak tebal berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kalau buah itu sudah tua sekali, kulit buahnya akan pecah sendiri dan biji-bijinya yang pipih itu beterbangan tertiup angin ke sana kemari berjatuhan ke tanah lalu tumbuh menjadi pohon mahoni baru.(*)


Tribun Timur

Inco Kuasai Hutan Sulsel 128 Ribu Ha

KEPALA Divisi Pengorganisasian dan Advokasi Walhi Sulsel, Kurniawan sebelumnya mengatakan, Suku Patea dan Karansidongi di Kecamatan Wasuponda diambil tanahnya kemudian dimasukkan dalam lahan konsesi yang dikuasai Inco.

"Pada 2005 lalu kami mendata, ada sekitar 40 kepala keluarga Suku Patea dan Karansidongi diambil tanahnya untuk kepentingan kapital. Rumah mereka digusur saat Inco masuk, sementara pemerintah daerah tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Kurniawan menuturkan, warga dari dua suku tersebut tidak berdaya dan berdarah-darah mempertahankan tanah dari nenek moyangnya, sementara Inco secara leluasa mengeruk kekayaan alam dari hutan mereka.
Selain itu, Walhi juga menuding Inco menelantarkan lahan yang telah dieksplorasi kandungan nikelnya serta menguasai lahan dalam jumlah yang sangat luas dan menelantarkannya.
Saat ini Inco yang berpusat di Soroako, Luwu Timur, Sulsel, menguasai hutan konsesi di Sulsel sekitar 118.000 hektar dan baru 10.000 hektar diantaranya telah dieksplorasi, selebihnya menjadi lahan yang mubazir sebab tidak dapat dimanfaatkan oleh rakyat akibat penguasaan tersebut.
Karena itu, lanjutnya, Walhi mengharapkan pemerintah pusat harus meninjau kembali kontrak karya dengan PT Inco karena tidak memberikan manfaat optimal terhadap masyarakat sekitarnya.(fir)

Dampak Penambangan, Suku Asli Terusir

MAHASISWA Luwu, Sulawesi Selatan memprotes sikap PT International Nickel Indonesia (PT Inco Tbk) yang diduga telah menyingkirkan paksa dua suku yang berada dalam kawasan eksplorasi tambang nikel perusahaan itu di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.

Ketua PB Ikatan Pemuda Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) Raya, Abdi Akbar di Makassar, Selasa (27/4), menyayangkan sikap perusahaan pertambangan asing itu yang telah melakukan pengusiran paksa dua suku asli di kawasan penambangan Wasuponda.
Dia mengaku kecewa dengan sikap perusahaan itu yang tidak memberikan kesempatan kapada masyarakat sekitarnya untuk melakukan pengelolaan lahan di kedua daerah itu yang dianggap sebagai satu-satunya lahan mata pencarian masyarakat Suku Patea dan Karansidongi di Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.
"Pengusiran paksa kedua suku ini, jelas sangat merugikan masyarakat Wasuponda yang seharusnya mendapat dukungan dari Inco," keluhnya seperti dilansir Antara.
Puluhan kepala keluarga (KK) di daerah itu menurut catatan Walhi Sulsel terpaksa harus kehilangan pekerjaan, padahal daerah itu belum dieksplorasi oleh perusahaan yang telah menguasai lahan seluas 118.000 hektare di Sulsel.
Perwakilan PB IPMIL Raya ini mengaku akan membicarakan permasalahan ini di tingkat pengurus cabang, guna memperjuangkan hak-hak masyarakat adat yang sampai saat ini tidak pernah diberikan kesempatan oleh perusahaan itu untuk melakukan pengelolaan lahan mereka yang masih banyak kosong.(fir)

Tiap Tahun 1,8 Juta Ha Hutan Indonesia Hancur

KETUA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Umar Anggara Jenie, M.Sc, Apt mengungkapkan bahwa kondisi hutan di Indonesia sudah mengkhawatirkan karena 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun.

"Pada edisi 2008 Guinness Books of Record melansir bahwa Indonesia merupakan negara yang hutannya mengalami kerusakan paling cepat di antara 44 negara yang masih memiliki hutan, yakni 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun," katanya pada peringatan hari Keanekaragaman Hayati se-Dunia dan Tahun Keanekaragaman Hayati di Pusat Penelitian (Puslit) Biologi, Cibinong Science Center (CSC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), akhir pekan lalu.
Data tersebut berdasarkan pengamatan dari tahun 2002 hingga 2005, artinya tingkat kehancuran hutan mencapai dua persen setiap tahun atau setara dengan 51 kilometer persegi per hari.
Selain itu, kata dia, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan modal pembangunan utama yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat.
"Melihat kenyataan tersebut, penyelamatan tumbuhan asli Indonesia menjadi suatu keniscayaan dan harus memacu kita untuk mencegah punahnya tumbuhan sebagai aset yang tidak ternilai harganya untuk modal pembangunan dan masa depan bangsa," jelasnya.
Penanaman
Sementara itu, Sekretaris Utama LIPI Prof Rochadi Abdul Hadi mengatakan, penanaman yang dilakukan tidak hanya penanaman semata, tapi jenis pohon yang ditanam adalah jenis tanaman endemik di Indonesia yang populasinya terancam punah.
"Ini bukan asal menanam saja, tapi yang kita tanam adalah tanaman jenis endemik Indonesia yang sudah mau punah, ada 17 jenis dengan jumlah 2010 pohon," katanya.
Rochadi mengatakan, selama ini banyak yang melakukan penanaman pohon tidak diperhatikan jenis pohon yang ditanam, sehingga nilai pohon yang ditanam tidak bermanfaat.
Ia mencotohkan banyak kalangan melakukan penanaman pohon jenis Akasia yang bukan asli Indonesia, ternyata pohon tersebut merusak ekosistem yang lain.(fir)


Tribun Timur

Apa dan Bagaimana Dahsyatnya Dampak Pemanasan Global

AKTIVITAS penghijauan selalu dikaitkan dengan upaya meminimalisir dampak pemanasan global. Sebenarnya bagaimana kaitan antara penanaman pohon dengan mengurangi pemanasan global?

Pemanasan global adalah kenaikan suhu udara rata-rata di seluruh permukaan bumi. Kenaikan suhu udara ini terjadi karena semakin banyak gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Gas-gas ini antara lain uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), nitrous oksida (N2O), dan gas metana (CH4), bersama dengan gas-gas lain menyelimuti bumi yang disebut dengan udara.
Gas-gas ini memiliki efek rumah kaca, sehingga sinar matahari bisa masuk menembus kaca, namun panas dari rumah kaca tidak bisa keluar karena tertahan oleh kaca, sehingga udara di dalam rumah kaca lama-kelamaan menjadi lebih panas.
Hal seperti ini dilakukan petani di daerah beriklim dingin untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan suhu di daerah pertaniannya.
Demikian pula gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Sinar matahari mampu menerobos lapisan gas ini sehingga mencapai permukaan bumi. Sebagian sinar itu diserap bumi, lainnya dipancarkan kembali ke atmosfer (udara) dalam bentuk panas.
Panas ini akan diserap gas-gas rumah kaca, kemudian dipancarkan kembali ke segala penjuru arah, termasuk sebagian besar ke arah bumi. Panas yang dipancarkan kembali ke arah Bumi inilah yang menyebabkan suhu udara di permukaan Bumi menjadi lebih tinggi.
Peningkatan konsentrasi (jumlah) gas-gas rumah kaca ini di atmosfer dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah panas yang terperangkap di lapisan udara permukaan bumi. Dalam jangka panjang hal inilah yang menyebabkan pemanasan global.
Di antara gas-gas rumah kaca, jumlah gas karbon dioksida adalah yang meningkat signifikan, terkait dengan peningkatan aktivitas penggunaan bahan bakar fosil (gas, minyak dan batubara) untuk berbagai keperluan seperti transportasi, industri dan rumah tangga, dari zaman pra-industri hingga zaman modern saat ini.
Pemantauan di observatorium Mauna Loa, Hawaii, konsentrasi CO2 meningkat secara konsisten dari sekitar 318 ppm pada 1957 menjadi sekitar 387 ppm pada tahun 2010.
Sementara itu, panel ahli antarpemerintah mengenai perubahan iklim (IPCC) mengungkapkan bahwa suhu permukaan bumi meningkat 0,6 derajat Celcius dari tahun 1861 hingga pada tahun 2001, dan saat ini diperkirakan suhu permukaan bumi meningkat sekitar 0,74 derajat Celcius.
Dampak negatif dari pemanasan global ini sudah disuarakan banyak kalangan sejak beberapa dekade lalu, namun komunitas dunia terutama kalangan industri baru sadar dalam beberapa tahun terakhir setelah lapisan es di kutub mulai mencair.
Pencairan es itu dikhawatirkan akan menaikkan muka air laut, yang bisa menenggelamkan pulau dan sejumlah kota di tepi pantai, serta segala aktivitas masyarakat di kawasan pesisir.
Dampak lain dari pemanasan global yakni terganggunya pola iklim. Pola iklim yang tidak teratur membuat pola tanam pertanian menjadi kacau, bahkan bisa berakibat pada gagal panen yang bisa mengakibatkan kelaparan bagi manusia.
Sebagai contoh, selama ini musim hujan di Indonesia dikenal pada periode September hingga Februari, dan musim kering (panas) pada Maret hingga Agustus. Dengan pola ini, biasanya petani menanam padi pada Desember (puncak musim hujan) dan rencana panen pada Maret atau April (awal musim kering).
Karena perubahan iklim, musim hujan berlangsung hingga Maret, maka padi tersebut akan hancur dan tidak bisa dipanen.

Selain itu, meningkatnya suhu udara bisa memunculkan berbagai penyakit baru yang sulit ditangani, karena belum sempat dilakukan penelitian.
Para ahli memperkirakan apabila suhu udara meningkat dua derajat Celcius, maka perubahan ekosistem bumi yang terjadi tidak akan bisa dipulihkan (ir-reversible), mahluk hidup banyak yang akan punah.
Oleh karena itu, untuk menghindari malapetaka karena kenaikan suhu tersebut bangsa-bangsa di dunia sepakat untuk mengurangi emisi karbon ke udara mulai tahun 2020.
Ada beberapa cara untuk mengurangi jumlah gas CO2 di udara, antara lain mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menanam pohon/tumbuhan/tanaman untuk menyerap CO2 dari udara.
Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil bisa dilakukan dengan efisiensi penggunaan energi dan atau menggunakan sumber energi lain seperti energi nuklir, tenaga matahari, tenaga air dan lain-lain.
Sementara itu penyerapan CO2 dari udara dilakukan tumbuhan (pohon) melalui proses fotosintesis di dalam daun. Atas bantuan energi dari sinar matahari, air yang diserap tumbuhan dari tanah akan bercampur dengan CO2 yang diserap dari udara untuk menghasilkan gula, yakni bahan organik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang.
Semakin banyak tumbuhan (pohon) akan semakin banyak pula daun yang menyerap CO2, sehingga konsentrasi CO2 di udara bisa berkurang. Demikianlah proses penanaman pohon bisa mengurangi pemanasan global.(firmansyah)

Tribun Timur

Hutan Rusak di Sulawesi Selatan

BERDASARKAN Data Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, hingga 2010 Sulsel memiliki hutan seluas 2,1 juta hektare (Ha). Diperkirakan hutan yang rusak telah mencapai 30,6 persen.

Luas lahan kehutanan tersebut terdiri atas 1,2 juta hektare hutan lindung, 488 hektare hutan produksi terbatas, 131 ribu hektare hutan produksi, 23 ribu hektare hutan konvensi, dan 242 ribu hektare hutan swaka alam atau wisata.
Menurut Jurnal Celebes, luas hutan tersebut semakin berkurang. "Pada 2007 hutan sulsel berkurang sekitar 10,6 persen dan 2008 berkurang sekitar 30,6 persen dari total luas hutan yang ada di Sulsel yang pernah seluas 2,7 hektare," jelasnya.
Pengurangan luas hutan tersebut bukan hanya karena penebangan atau aktivitas perambahan hutan tapi juga karena aktivitas pertambangan.(fir)

Tribun Timur

Kapolda-Kaltim Zona bebas pembalakan Liar

Balikpapan, Tribun - Kapolda Kalimantan Timur (Kaltim), Irjen Pol Mathius Salempang, mengharapkan wilayah kerjanya menjadi zona bebas pembalakan liar (ilegal logging).

"Namun untuk menjadikan daerah Kaltim menjadi zona bebas ilegal logging, saya tidak bisa bekerja sendiri dan harus bersama-sama dengan komponen lainnya, terutama pemerintah daerah," kata Kapolda, seusai melaksanakan penanaman 1.600 pohon di kawasan Mapolda Kaltim di Balikpapan.
Menurut Mathius, pemberantasan kasus ilegal logging tidak semata-mata harus melalui penegakan hukum, tapi perlu peran pemda dalam membantu mengatasinya.
Hal tersebut berdasarkan banyaknya beberapa tokoh adat dan masyarakat Kaltim yang menemui Mathius beberapa waktu lalu dan meminta agar Kapolda memperkenankan penebangan kayu di hutan oleh masyarakat sekitar.
"Adapun alasan mereka meminta penggunaan kayu tersebut bermacam-macam, di antaranya untuk membangun rumah yang saat ini susah memperoleh kayunya, ada yang jujur mengatakan kayu-kayu tersebut digunakan membiayai sekolah anak-anaknya," katanya dikutip Antara.
Mathius mengatakan permintaan para tokoh adat dan tokoh masyarakat tersebut tidak bisa ditolerir karena tidak diperkenankannya melakukan praktik ilegal logging.
"Dari sinilah kita meminta peran dari pemerintah daerah untuk membantu memberantas ilegal logging," ujarnya.
Sebenarnya ilegal logging dapat diberantas bila pihak-pihak terkait memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan tugas pemberantasan, kata Mathius menegaskan.
Menurut Kapolda, Kaltim memiliki banyak kepentingan nasional maupun dunia karena hutan yang dimilikinya merupakan paru-paru dunia yang harus dijaga.
Kaltim merupakan salah satu pusat penyebaran hutan hujan tropis. Secara global, hutan hujan tropis luasnya sekitar 15 persen dari permukaan bumi dan mengandung 25 persen karbon di biosfer terrestrial.
Akan tetapi hutan-hutan tersebut terus dirambah dan ditebang, sehingga mengakibatkan emisi panas karbon dioksida terperangkap di atmosfer.
Salah satu upaya yang dilaksanakan Polda Kaltim adalah melaksanakan penanaman pohon di sekitar wilayahnya dan memerintahkan penanaman hingga ke satuan wilayah (satwil), ujarnya.
"Syukur bila ada ada bantuan pihak ketiga dalam pelaksanaan penanaman pohon karena manfaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat," kata Mathius.(tb)

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

Perubahan Iklim

DAMPAK perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan laut sektar 1 meter bakal menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian melalui permodelan terkini, sebanyak 115 pulau berukuran sedang dan berpenghuni akan hilang pada tahun 2050 mendatang.

Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Nasional, Ali Akbar, mengungkapkan di Jakarta, Kamis (7/7), tenggelamnya pulau-pulau tesebut bisa menjadi kenyataan, jika pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak dapat mengatasi dampak pemanasan global, sejak sekarang.

Pemanasan global tersebut disebabkan antara lain oleh banyaknya emisi gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer. Penyumbang emisi gas rumah kaca paling besar berasal dari sektor perubahan penggunaan lahan hutan. Akibatnya, sebagian besar permukaan bumi menjadi makin panas.

Saat ini, suhu bumi naik dari 0,6 derajat Celcius hingga 1 derajat Celcius. Jika keadaan tersebut terus berjalan tanpa tindakan pencegahan, pada tahun 2020, suhu bumi akan naik sebesar 2 derajat Celcius. Naiknya suhu bumi bisa mencairkan es di daerah kutub. Dalam 100 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan air laut setinggi 10 hingga 25 sentimeter.

Lembaga peduli lingkungan internasional, Greenpeace, memperkirakan, pada tahun 2100, akan terjadi peningkatan air laut hingga 95 sentimeter. Peningkatan muka air laut itu akan mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan di dunia. Sekitar 1 persen daratan di Mesir akan hilang, 6 persen di Belanda, 17,5 persen di Bangladesh.

Yang parah, sekitar 80 persen atol di kepulauan Marshall bakal tenggelam. Begitu pula, pulau-pulau di Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Dampak lebih jauh lagi, puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Berbagai infrastruktur dan pemukiman di tepi pantai akan rusak.

Perubahan iklim juga mengakibatkan pergeseran musim karena perubahan tekanan dan suhu udara. Musim kemarau akan berlangsung lama. Bencana kekeringan dan penggurunan muncul. Di sisi lain, musim hujan berlangsung singkat dengan curah hujan lebih tinggi. Akibatnya, bakal terjadi bencana banjir dan tanah longsor.

Perubahan iklim yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu panjang, bakal menimbulkan krisis kemanusiaan. Persediaan bahan pangan berkurang akibat tingginya potensi gagal panen. Produktivitas pertanian di daerah tropis menurun, jika suhu rata-rata global meningkat 1 hingga 2 derajat Celsius.

Dampak lain, bakal terjadi krisis air bersih karena musim kemarau yang berkepanjangan. Sumber kebutuhan air tawar bagi sepertiga penduduk dunia, akan mengering pada tahun 2100. Begitu pula, meluasnya ancaman berbagai penyakit yang disebabkan oleh naiknya suhu udara. Masa inkubasi nyamuk, misalnya, akan menjadi makin pendek.

Perubahan suhu bumi juga mengakibatkan hilangnya spesies flora dan fauna yang tidak dapat beradaptasi. Bahkan, naiknya suhu permukaan bumi menyebabkan es dan gletser di seluruh dunia, terutama di kutub Utara dan kutub Selatan, mencair.

Saat ini, sebagian masyarakat dunia belum sadar terhadap risiko dari dampak perubahan iklim yang menakutkan, jika gagal mengubah perilaku yang masih terus menghancurkan lingkungan. Penanaman pohon dan perlindungan hutan merupakan langkah untuk memulihkan lingkungan. Upaya yang harus diikuti dengan pencegahan terhadap perusakan atau alih fungsi hutan yang berlebih. ***

Tribun Timur

Menghapus Emisi Karbon

Menghapus Emisi Karbon

PEMERINTAH Indonesia telah berkomitmen untuk menghapus emisi gas karbondioksida atau CO2 sebesar 26 pesen pada tahun 2020. Emisi gas karbon menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk mewujudkan komitmen itu, pemerintah melakukan konservasi hutan dan lingkungan.

Badan kesehatan dunia, World Health Organization membuktikan, gas karbondioksida yang secara rutin mencapai tingkat tak sehat di banyak kota, dapat mengakibatkan ukuran janin kecil, kematian bayi dan kerusakan otak meningkat. Lamanya seorang wanita hamil terekspos, tergantung pada konsentrasi polutan di udara.

Kebakaran dan alih fungsi hutan, industri peternakan, pembangkit listrik, serta sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar emisi karbon. Data tahun 2008, menyebutkan, Indonesia menduduki urutan ketiga dunia sebagai penyumbang emisi gas karbon atau efek rumah kaca dunia, setelah Cina dan Amerika Serikat.

Penyebabnya antara lain akibat hilangnya 2 juta hektare lahan hutan di Tanah Air setiap tahun.Begitu pula, pembukaan hutan di lahan gambut Pulau Kalimantan. Aktivitas penebangan dan kebakaran hutan di Asia Tenggara menyumbang 2 miliar ton karbon dioksida ke udara.

Nilai tersebut setara dengan 8 persen emisi global yang berasal dari bahan bakar fosil. Sekitar 90 persen emisi CO2 dari hutan gambut di Asia Tenggara, disumbangkan oleh Indonesia. Dalam kurun waktu 2003-2008, total sumber emisi karbon dioksida setara dengan 638,975 gigaton!

Selain kebakaran dan penebangan hutan, penyumbang emisi karbon di dunia adalah peternakan. Badan Pangan Dunia PBB, pada tahun 2006 melaporkan, industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang paling tinggi. Jumlahnya melebihi gabungan dari seluruh transportasi di seluruh dunia, yang hanya 13 persen. Sektor peternakan menyumbang 9 persen CO2.

Selain karbondioksida, sejumlah polutan berdampak buruk terhadap kesehatan. Polutan tersebut adalah gas nitrogen dioksida atau NO2, yang berasal dari sektor transportasi. Begitu pula, gas sulfur dioksida atau SO2, yang berasal dari sektor rumah tangga. Semua emisi gas tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Wajar bila perhatian dunia tertuju ke Indonesia, berkaitan dengan upaya mengurangi emisi gas karbon. Pemerintah Norwegia, misalnya, menyediakan bantuan dana untuk penghentian sementara atau moratorium alih hutan. Dalam kenyataan, hutan berfungsi menyerap gas karbondioksida yang terlepas di udara.

Selain itu, para ilmuwan yang mengikuti pertemuan tentang konservasi di Sanur, Bali, Rabu (21/7), merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia melarang pembukaan lahan gambut. Larangan itu terkait dengan nilai karbon yang tersimpan di lahan gambut itu.

Selama masa larangan tahun 2007-2009, pemerintah tidak boleh mengeluarkan izin konsesi baru untuk hak pengusahaan hutan perkebunan. Di samping itu, jangan terjadi ekspansi ke lahan-lahan yang dilarang.

Para ilmuwan juga meminta semua izin-izin konsensi untuk penebangan hutan terkait dengan moratorium, dievaluasi dengan hati-hati tentang keanekaragaman hayati dan kekayaan karbon yang tersimpan di lahan konsesinya.

Yang menjadi pertanyaan, dapatkah semua rekomendasi itu dilaksanakan dengan bertanggung jawab? ***

Tribun Timur
Pelestarian Hutan

HUTAN di Provinsi Kalimantan Tengah atau Kalteng, akan musnah antara tahun 2012-2016. Perkiraan tersebut berdasarkan data tutupan hutan Kalimantan, dari tahun 1900 hingga sekarang, dengan menggunakan proyeksi konservatif dan proyeksi pesimistis.

Berdasarkan proyeksi konservatif atau pengelolaan hutan secara lestari, kerusakan hutan dapat ditekan 781.529 hektare per tahun. Namun, jika terjadi kesalahan pengelolaan hutan atau proyeksi pesimistis, 1.240.000 hektare hutan akan hilang per tahun.

Koordinator Wilayah World Wide Fund for Nature Indonesia, badan dunia yang peduli terhadap masalah lingkungan wilayah Kalteng, Rosenda Kasih, mengatakan, Rabu (28/7), tutupan hutan Kalteng tercatat seluas 8.635.944,854 hektare. Itu berarti, hutan tersebut akan hilang 2 hingga 3 tahuin ke depan.

Data tutupan lahan yang dikumpulkan dari tahun 1900 tersebut, diproyeksikan per 25 tahun. Bahkan akhir-akhir ini, menjadi per 10 tahun, dengan melihat laju kerusakan hutan yang semakin cepat. Pengelolaan hutan yang salah terlihat pada banyaknya pembukaan lahan tanpa memperhatikan aspek lingkungan, sosial, budaya, dan aspek ekonomi.

Selain pengelolaan hutan yang salah dari sisi kebijakan, hilangnya hutan juga disebabkan oleh kebakaran hutan, pembalakan liar, pertambangan, dan pembukaan perkebunan sawit secara besar-besaran.

Carut-marutnya pengelolaan hutan juga disebabkan oleh proses otonomi daerah. Beberapa kabupaten mengeksploitasi hutan untuk memenuhi pendapatan asli daerah. Untuk menggenjot pendapatan daerah, banyak dikeluarkan izin-izin perkebunan dan pertambangan yang terletak pada kawasan hutan.

Persoalan hutan tropis di Indonesia, akhir-akhir ini, makin serius. Kini, hutan primer hanya ditemukan di Kalimantan dan Papua. Bila hutan di daerah tersebut dieksploitasi secara berlebihan atau rusak karena pembalakan liar yang tak kunjung teratasi, dampaknya sangat besar bagi Indonesia dan dunia.

Tak heran, investor ternama asal Amerika Serikat, George Soros, Sabtu (24/7), berwisata alam ke beberapa hutan tropis di Kalimantan Tengah. Duta Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB untuk lingkungan berkunjung ke provinsi itu untuk melihat hutan yang masih terjaga kelestariannya dan keberadaan rawa gambut.

Dari perjalanan wisata hutan tropis tersebut, Soros akan mendapatkan secara langsung informasi di lapangan. Kedatangannya juga didorong oleh rasa tertarik terhadap kebijakan Pemerintah Provinsi Kalteng yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, terutama hutan dan lahan gambut.

Kunjungan investor terkenal dunia itu, pasti, bermanfaat bagi daerah. Terlebih lagi, pemerintah provinsi tersebut sedang berupaya merahbilitasi kerusakan lahan gambut seluas 1 juta hektare. Rehabilitasi yang memerlukan dana tak sedikit itu, memang, tak bakal terealisasi, bila berharap pada anggaran, baik daerah maupun pusat.

Dengan kata lain, perlu terobosan kreatif di kalangan pemerintah daerah dalam upaya menanggulangi kerusakan lingkungan. Selain regulasi dan kebijakan pemerintah yang tepat, dukungan dana pun ikut menentukan.

Provinsi Sulawesi Selatan juga menghadapi persoalan serius berkaitan dengan lingkungan hidup. Sekitar 90 persen hutan mangrove, misalnya, rusak parah akibat eksploitasi dan alih fungsi lahan. Upaya rehabilitasinya memerlukan terobosan dari pemerintah daerah. Pemprov Kalteng sudah menunjukkan kemampuannya. ***

Tribun Timur

Dekat Hutan dan Taman Nasional

Dekat Hutan dan Taman Nasional


KAWASAN Alla Kappang, Maros, berada di sekitar jalan poros Makassar-Bone. Selain dikenal sebagai wilayah hutan lindung dan Taman Nasional Karaenta, Kappang juga adalah kawasan kars yang kerap menjadi lokasi latihan bagi kelompok pecinta alam.

Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) menempatkan salah satu alat pendeteksi gempa dan nuklir di kawasan ini. Perangkat alat tersebut terkesan sederhana karena hanya berbentuk gardu.
Meski sederhana, perangkat tersebut bisa membedakan getaran gempa yang disebabkan oleh alam atau oleh uji coba nuklir.
Alla Kappang berada di posisi ketinggian dan sering diliputi kabut. Letaknya berada di kaki Gunung Bulusaraung.
Jalan berkelok-kelok yang sempit dengan tanjakan yang curam menjadi ciri khas kawasan Alla Kappang. Bila berkendara di malam hari, suasana gelap gulita terasa di daerah yang banyak dihuni kera putih dan babi hutan ini.
Posisi Alla Kappang tak jauh dari kawasan wisata alam Bantimurung. Diperkirakan jarak Bantimurung dengan Alla Kappang hanya sekitar sembilan kilometer. Suasana alam kedua tempat ini pun sangat mirip, dikelilingi tebing batu.
Di masa penjajahan Jepang, kawasan ini menjadi salah satu tempat perlindungan tentara Jepang. Tak heran, sangat banyak ditemui gua-gua yang disebut sebagai gua alam. Sejumlah warga menyebutkan kawasan Alla Kappang juga menjadi salah satu basis perjuangan tentara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Qahhar Mudzakkar.
Kappang dikenal.(jid)

Sumber.
Tribun Timur Makassar