Senin, 23 Agustus 2010

BHINEKA TUNGGAL IKA CUMA SLOGAN

Masyarakat saat ini telah kehilangan jati dirinya dan melupakan akar budaya. Akhirnya pluralisme yang ada pada Masyarakat Indonesia yang heterogen pun meluntur.Pluralisme menurun,masyarakat melupakan nilai-nilai budayanya bahkan saat ini Masyarakat sudah kehilangan jati dirinya sendiri.

Bhineka Tunnggal Ika ang menjadi simbol dari keberagaman Masyarakat di Indeonesia hanya sebagai"SLOGAN" semata.Bhineka Tunggal Ika belum menjadi Jiwa bagi Masyarakat dan Pemerintah Indonesia.

Disana sini masih terjadi pemaksaan kehendak dalam upaya pemenangan suatu indentitas untuk mengatur ruang hidup bersama yang plural,salah satu contoh adalah disahkannya UUD No.44 Tahun 2010 tentang Pornografi dan ditolaknya permohonan uji materi UU oleh Mahkamah Konstitusi merupakan persoalan bahwa negara telah tunduk kepada rezim moral Agama tertentu dalam mengatur Indonesia.Sehingga saat ini hukum Agama menjadi hukum Negara dan ini adalah salah satu contoh bahwa makna dari Bhineka Tunggal Ika belum mencerminkan wajah Indonesia.

Indonesia penuh dengan warna yang Indah yang gambarkan dalam Bhineka Tunggal Ika, Indonesia adalah Negara yang memiliki kebudayaan yang duanya dan paling beragam didunia yang dipertegas dalam Bhineka Tunggal Ika.

Bhineka Tunggal Ika harus tetap dipertahankan oleh Masyarakat dan Negara Indonesia dan harus diwujdkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Konstitusi yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Negara-MU adalah Negara-KU juga,Bangsa-MU adalah Bangsa-KU juga yaitu Indonesia...!!!!!!!!!!!!

Minggu, 22 Agustus 2010

Delapan Objek wisata di Kab.Tanah Toraja.

Kabupaten Tan Toraja dan Kabupaten Toraja Utara cukup dikenal dengan Pariwisatanya. Khusus di Kabupatein Tanah Toraja memiliki wisata unggulan di Sulawesi selatanya harus butuh perhatian dan perlu dikembangkan,secara geografis KapatenTanah Toraja berada dipangkal semenanjung daerah Sulawesi selatan yang meniliki daerah cukup luas.

Ada delapan objek wisata DiKabupaten Tanah Toraja yang memilki ciri kas dan daya tarik masing-masing yang perlu mendapat perhatian dan perlu dikembangkan.Kedelapan Objek wisata itu adalah Pamnorama Buntu Burake(Makale),Tongkonan Tombang Datu-Bebo (Sangalla),Agro Pango-Pango,Air Terjun Sarambu Assing,Dinding Pahat Lemo,Wisata Sirope,permandian Alam Tilangga'dan perumahan dan Perkampungan Tradisional Di Sillanan,dan lan-lain.

Sebagian tempat wisata ini adalah wisata Alam dan beberapa diantaranya siudah dikenal oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

Pada dasarnya semua tempat wista di Kabupaten Tanah Toraja memiliki ciri kas dan keunikan tersendiri dan bernuansa Tradisional.mesakipun bernuansa Tradisional namun inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan.

Kehdelapan Objek Wisata ini harus mendapat perhatian khusus(serius) dan karena Kabupate8n Tanah Toraja didominasikan salah satu dari 32 daerah situs dalam daftar WORLD HERITAGE CULTURE oleh UNESCO.Pemeritah kabupaten Tanah Toraja masih melakukan survei kebeberapa daerah lain yang mempunyai Objek wisata yang perlu dikembangkan

Ob0jek wisata ini juga bila di kembangkan sebagi lokomotif bagi pembukaan peluang usaha Masyarakat sekitar seperti kerajinan tangan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi Masyarakat.

Namun sangat disayangkan kurangnya perhatian dan 6kurangnya sarana dan prasarana seperti akses jalan untuk memasuki daerah tersebut menjadi kendala yang cukup besar.

Kamis, 19 Agustus 2010

Menikmati Lingkungan Asri Tompobulu

Jumat,20 Agustus 2010..JALANAN ke Malino rusak, lingkungannya pun mulai tak perawan lagi. Kesejukannya tak lagi seperti dulu. Demikian pula ke Toraja. jalan poros yang tak kunjung mulus menjadi faktor penghambat untuk menikmati keindahan alam dan keunikan budaya Toraja.

Kini, Desa Tompobulu, Kecamatan Balocci, Pangkep, bisa jadi alternatif bagi Anda penggila wisata alam (eco wisata).
Cukup satu jam perjalanan dari jalan poros Makassar-Parepare, kawasan Desa Wisata Tompobulu bisa dicapai.
Desa Tompobulu terletak di bahu Gunung Bulusaraung, sekitar 950 meter dari permukaan laut. Terletak di dataran tinggi membuat desa ini dibalut hawa sejuk antara 20 - 30 derajat celsius.
Desa Tompobulu berjarak sekira 17 km dari Pangkajene atau 47 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
"Tompobulu siap menjadi objek wisata alternatif untuk mendukung program Visit Sulsel," tutur Sekertaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangkep Drs Ahmad MSi, belum lama ini.
Desa Tompobulu telah mengantongi rekomendasi dari lembaga Indecon Network sebagai kawasan eko wisata terbaik.
Keasrian alam dan kultur masyarakat yang eksotik menjanjikan jamuan wisata yang memukai. Dari Tompobulu pula, para pendaki bisa mendaki puncak Gunung Bulusaraung. Terdapat 10 titik pendakian.
"Tompobulu bisa menjadi surga bagi penikmat outbound. Suda ada tiga agen wisata yang menjadi Tompobulu sebagai program utama jualan mereka," jelasnya.
Desa Tompobulu dihuni lebih 1.700 jiwa. Ada banyak rumah penduduk yang bisa disewa sebagai homestay.
Bagi yang sudah bosan dengan pemandangan hutan pinus, panorama karst yang sangat unik di Desa Tompobulu sangat layak jadi alternatif.
Desa Tompobulu terintegrasi dengan kawasan karst Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang luasnya mencapai 43.750 hektare itu. Karst TN Babul merupakan karst terindah di dunia.(firmansyah)

Didukung Budaya Tanam Pohon

KEASRIAN kawasan Desa Tompobulu tak lepas dari budaya dan kebiasaan masyarakat setempat melindungi alam.
Di Desa Tompobulu terdapat aturan desa yang mengharuskan setiap ada warganya yang menikah atau memiliki hajatan untuk menanam pohon.
Selain hijaunya alam, di Tompobulu juga dapat dinikmati "atraksi" hewan langka Tarsius (Tarsius Spectrum) dan perburuan madu alam.
Tarsius mirip monyet. Tapi, tinggi, lebar, dan panjang primata ini tidak lebih besar dari kepalan tangan orang dewasa sehingga menjadikan tarsius sebagai primata paling imut di dunia.(fir)


Tribun Timur

Keselamatan dan Kesejahteraan Rakyak

Selama beberapa abab ini di Indonesia beranggapan bahwa Negara merupakan Stkehaoder tunggal yang bertanngung jawab tehadap pengeloaan sumber daya Alam dan seluk belukna.Pandangan ini dilandasi dengan keberhasilan pemerintah Hindia Belanda dalam pengeloaan hutan Jati diatas puing-puing kerusakan mhutan akibat pembalakan liar dan praktek-praktek penebagan kayu.

Karena Pandangan tersebut diatas ,maka penan masyarakat terabaikan dan hanya sebagai objek,rakyat hanya dipandang sebagai tenaga kerja yang murah yang diperlukan dalam ke giatan pengelolaan.

Hilangnya nyawa,ingatan tanah,halaman,harta benda,nafkah,kesempatan dn kehomatan rakiyat selama ini dalam penyelenggaraan pembangunan tidak tergabaikan.Jaminan dalam melinudungi hak-hak azasi manusia yang diberikan oleh negara yang menyangkut hak hidup,hak untuk bekerja dan memiliki aset termasuk tanah dan kehormatan tidak menjadi jaminan dalam pengelolaan Sumber daya alam/Pembangunan.

Rakyat selama ini hanya meneriama akibat dan dampak negatif dari pembangunan yang dilakukan oleh negara ini.Aspek inti dari keselamatan dan kesejahtraan rakyat yang seharusnya menjadi tindakan kongkrik sehari-hari terabaikan.Hak-hak kesejahteraaan seperti Pendidikan ,kesehatan dijalankan tetapi sekaligus perampasan kesejahteraan dan disisi lain melalui beberapa mekanisme seperti politik,fiskal,perampasan tanah dan tempat tinggal rakyat sebagai syarat ivestasi produksi dan pembangunan tersebut.

Pembelaan terhadap kepentingan rakyat umum dan kasus-kasus pelangggaran terhadap hak-hak rakyat akan selalu dibutuhkan dan tak tergantikan.Pemenuhan keselamatan dan kesejahteraan Rakyat merupakan syarat dan cara khsusus untuk ikut menentukan arah dan besaran perubahan yang menyangkut rakyat secara teratur dan terorganisir.

Persyaratan kemanusiaan harus ditempatkan sebagai titik pusat dalam membangun kembali relasi dalam masyarakat,semus ini harus diletakkan pada siklus yang normal dalam masyarakat.

Rabu, 18 Agustus 2010

ALAT-ALAT MUSIK TRADISIONAL TORAJA

Di samping seni tari dan seni suara serta pantun juga diperkenalkan seni musik tradisional Toraja antara lain :

PASSULING

Semua lagu-lagu hiburan duka dapat diikuti dengan suling tradisional Toraja (Suling Lembang). Passuling ini dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka (Pa'marakka) dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Passuling ini dapat juga dimainkan di luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga di pedesaan sambil menunggu padi menguning.

PA'PELLE'/PA'BARRUNG

Musik digemari oleh anak-anak gembala menjelang menguningnya padi di sawah. Alat musiknya terbuat dari batang padi dan disambung sehingga mirip terompet dengan daun enau yang besar. Pa'barrung ini merupakan musik khusus pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti Ma'bua', Merok, Mangara dan sejenisnya.

PA'POMBANG/PA'BAS

Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Dimainkan oleh banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia.

PA'KAROBBI

Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.

PA'TULALI'

Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan bunyi/suara yang lumayan untuk menjadi hiburan.

PA'GESO'GESO'

Sejenis alat musik gesek. Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si pemain pada dawai. Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan Saluputti.

posting by;Sandryones B. Palinggi

Selasa, 17 Agustus 2010

SEBAGAU DIGEROGOTI

Tertaggal 19 Oktober 2004,Pemerintah Indonesialewat Menteri Kehutanan dengan SK.423/Menhut-II/2004 Menetapkan Sebagau sebagai Taman Nasional,Hutan Taman Sebagau yang luasnya sekitar 568.700 berada di Kalilmantan Tenagah yang meliputi tiga Kabupaten,yakni Kabupaten Katingan (52%),Kabupaten Pulau Pisau(38%)dan Kota Palangkaraya(10%).Namun kondisi hutan ini sangat rusak dan memprihatinkan karena areal hutan ini bekas areal perusahaan hak pengusahaan hutan,sehinggah hutan ini dibiarkan menjadi lahan tandus dan gersang.

Sangat ironis,karena hutan Sebangau menjadi habitat populasi orang hutan terbesar didunia.Selaian itu hutan ini juga merupkan kawasan lahan gambut yang luas dan tempat hidup 106 jenis burung dan 35 jenis mamalia dan juga jenis kera hidung besar atau bekantan(Nasalis Larvatus)serta lutung dan kera-kera abu-abu dan 106 jenis burung.

Setelah persahaan ini masuk dampak yang ditimbulkan sangat laur biasa,bukan hanaya hutaan yang rusak,tapi juga akibat dari masuknya perusahaan ini masyarakat mengenal minuman keras dan pelacuran.

Memang setelah perusahaan ini masuk pendapatan masyarakat yang bbekerja disana meningkat tapi itu hanya sesaat,dampak yang paling buruk diterimah oleh warga masyarakat setelah perusahaan berhenti membabat hutan karena habis masah kontarknya adalah hutan gundul.tanah tanpa tegakan mudah larut saat hujan,Air sungai berubah warna yangn dulunya hitam berubah kecoklatan karena bertcampur lumpur akibat dari erosi.

Akibat dari berubah warnanya air ini masyarakat yang ada disekitar hutan ini sulit mencari ikan disungai,karena tidak ikan yang mau hidup diair yang bercampur lumpur itupun kalau ada maenurut masyarakat tangkapan mereka sangat sedikit bahkan masyarakat masyarakat harus jauh-jauh masuk kedalam menelusuri sungaiuntuk mencari ikan padahal ikan bagi masyrakat didaerah adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Melihat kondisi ini WWF dan Dinas kebudayaan Kalimantan Tengah terus berusaha dan tidak berhenti pada masalah Pelestarian Hutan saja.kedua Lembaga ini menjual hutan ini dengan konsep Ekowisata.Karasteristik yang ditawarkan adalah ekosistem air hitam dilahan gambut.Proses pelapukan bahan organik dilahan hutan bergambut dinilai unik dan menarik wisata..semoga cara ini bisa efektif dan membantu dalam menyelamatkan hutan dan habitat-habitat lainnya.

Dipostin dari Media Indonesia

Senin, 16 Agustus 2010

Lingkungan Harus Diperlakukan Seperti Bunda

Oleh: Aswad Syam

Makassar Senin 16 Agustus 2010...PENGELOLAAN lingkungan, juga memerlukan perubahan pola pikir. Pada sisi inilah, kehadiran seorang antropolog sangat diperlukan untuk memberikan penyadaran kepada manusia bagaimana mengelola lingkungan secara bijak. Peran inilah yang dilakukan Prof Dr Pawennari Hijjang MA, seorang antropolog dari Universitas Hasanuddin.

Ditemui di pojok kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas, Pawennari mengungkapkan gagasannya mengenai penyelamatan lingkungan dari sudut pandang antropolog.

Menurutnya, dalam dasawarsa terakhir ini, pengelolaan lingkungan yang melibatkan masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah hutan kemasyarakatan, lebih banyak diwarnai kegiatan pembangunan termasuk pembangunan kehutanan.

Dia mengungkapkan, lingkungan secara umum sebenarnya tidak terkontaminasi. Tetapi, setelah manusia mengenal teknologi dan arus globalisasi semakin merambah di berbagai kalangan, termasuk menyentuh masyarakat pecinta lingkungan, sehingga lingkungan kata Pawennari menjadi tercabik-cabik. Kenapa?

"Karena kecenderungan besar manusia mengarah ke tujuan atau kepentingan ekonomi semata, bukan untuk kemaslahatan, juga bukan untuk kepentingan kemanusiaan, serta bagaimana lingkungan itu dijaga agar memberi manfaat," ujar Pawennari.

Oleh karena itu, para antropolog mencoba melibatkan diri, dengan berbagai cara sebagai pendekatan. Yang lazim diungkapkan ahli antropologi lanjut Pawennari, bagaimana pengetahuan lokal itu bisa menjadi primadona untuk tetap menjaga lingkungan lestari. Dia mengungkapkan, manusia yang mendiami bumi ini, juga menjadi perusak lingkungan.

Ini kata Pawennari kelihatan sekali dari pengambil kebijakan yang tidak pernah mau tahu kalau dalam sebuah komunitas ada sebuah kekuatan besar yang disebut pengetahuan lokal. Oleh komunitas tertentu pengetahuan lokal ini dipraktekkan setiap hari, juga disosialisasikan setiap saat ke generasi yang akan datang, sehingga sehingga hutan tetap lestari.

"Contoh kasus, di masyarakat Ammatoa, Baduy, Suku Sasak, Amongmei di Jayapura, Komoro di Jayapura, juga masyarakat Krui. Mereka menganggap bahwa lingkungan itu bunda kita, tanah itu adalah bunda kita.

Bagaimana orang mematuhi dan taat kepada ibu, demikian pula makhluk manusia harus menempatkan tanah dan lingkungan itu. Intinya bagaimana berlaku adil terhadap lingkungan, karena ketika tidak ada kelestarian, maka hancurlah hutan itu," ujar Pawennari.

Lelaki kelahiran Soppeng ini juga mencontohkan reklamasi. Mestinya kata Pawennari, pengambil kebijakan tidak menjadikan reklamasi sebagai sebuah kebijakan pembangunan, tapi bagaimana pengambil kebijakan itu mencipta sebuah hutan dalam kota.

"Kalau hutan bisa kita ciptakan dalam kota, saya kira masyarakat tetap akan menjadikan hutan itu sebagai bunda dengan frame pengetahuan-pengetahuan tradisional dan perkotaan itu tidak semua juga tidak cinta kepada lingkungan yang lestari," papar Pawennari.

Dalam konteks kehutanan lanjut Pawennari, para antropolog juga mengembangkan konsep kelembagaan dengan ciri partisipatif. Artinya, pendekatan itu berciri kemasyarakatan yang penuh dengan muatan lokal seperti social forestry.

"Kalau kita masuk dalam kelompok tradisional, kita akan menemukan organisasi-organisasi kecil yang dalam komunitas dilakukan sebagai frame untuk pengelolaan social forestry," kata ayah dua anak ini. (*)(Fajar Makassar)