Kamis, 05 Agustus 2010

Perubahan Iklim

DAMPAK perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan laut sektar 1 meter bakal menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian melalui permodelan terkini, sebanyak 115 pulau berukuran sedang dan berpenghuni akan hilang pada tahun 2050 mendatang.

Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Nasional, Ali Akbar, mengungkapkan di Jakarta, Kamis (7/7), tenggelamnya pulau-pulau tesebut bisa menjadi kenyataan, jika pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak dapat mengatasi dampak pemanasan global, sejak sekarang.

Pemanasan global tersebut disebabkan antara lain oleh banyaknya emisi gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer. Penyumbang emisi gas rumah kaca paling besar berasal dari sektor perubahan penggunaan lahan hutan. Akibatnya, sebagian besar permukaan bumi menjadi makin panas.

Saat ini, suhu bumi naik dari 0,6 derajat Celcius hingga 1 derajat Celcius. Jika keadaan tersebut terus berjalan tanpa tindakan pencegahan, pada tahun 2020, suhu bumi akan naik sebesar 2 derajat Celcius. Naiknya suhu bumi bisa mencairkan es di daerah kutub. Dalam 100 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan air laut setinggi 10 hingga 25 sentimeter.

Lembaga peduli lingkungan internasional, Greenpeace, memperkirakan, pada tahun 2100, akan terjadi peningkatan air laut hingga 95 sentimeter. Peningkatan muka air laut itu akan mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan di dunia. Sekitar 1 persen daratan di Mesir akan hilang, 6 persen di Belanda, 17,5 persen di Bangladesh.

Yang parah, sekitar 80 persen atol di kepulauan Marshall bakal tenggelam. Begitu pula, pulau-pulau di Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Dampak lebih jauh lagi, puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Berbagai infrastruktur dan pemukiman di tepi pantai akan rusak.

Perubahan iklim juga mengakibatkan pergeseran musim karena perubahan tekanan dan suhu udara. Musim kemarau akan berlangsung lama. Bencana kekeringan dan penggurunan muncul. Di sisi lain, musim hujan berlangsung singkat dengan curah hujan lebih tinggi. Akibatnya, bakal terjadi bencana banjir dan tanah longsor.

Perubahan iklim yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu panjang, bakal menimbulkan krisis kemanusiaan. Persediaan bahan pangan berkurang akibat tingginya potensi gagal panen. Produktivitas pertanian di daerah tropis menurun, jika suhu rata-rata global meningkat 1 hingga 2 derajat Celsius.

Dampak lain, bakal terjadi krisis air bersih karena musim kemarau yang berkepanjangan. Sumber kebutuhan air tawar bagi sepertiga penduduk dunia, akan mengering pada tahun 2100. Begitu pula, meluasnya ancaman berbagai penyakit yang disebabkan oleh naiknya suhu udara. Masa inkubasi nyamuk, misalnya, akan menjadi makin pendek.

Perubahan suhu bumi juga mengakibatkan hilangnya spesies flora dan fauna yang tidak dapat beradaptasi. Bahkan, naiknya suhu permukaan bumi menyebabkan es dan gletser di seluruh dunia, terutama di kutub Utara dan kutub Selatan, mencair.

Saat ini, sebagian masyarakat dunia belum sadar terhadap risiko dari dampak perubahan iklim yang menakutkan, jika gagal mengubah perilaku yang masih terus menghancurkan lingkungan. Penanaman pohon dan perlindungan hutan merupakan langkah untuk memulihkan lingkungan. Upaya yang harus diikuti dengan pencegahan terhadap perusakan atau alih fungsi hutan yang berlebih. ***

Tribun Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar